Upacara Adat Buang Jung, Ritual Melepaskan Perahu Oleh Suku Sawang
Kebudayaan dan adat istiadat merupakan identitas bangsa serta menjadi kekayaan yang dimiliki Indonesia. Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman yang patutnya kita jaga dan kita syukuri. Dengan keberagaman yang dimiliki Indonesia, tak sedikit turis yang datang untuk menikmati kebersamaan Indonesia. Tak luput Buang Jung dari Bangka Belitung. Tradisi Buang Jung merupakan upacara adat yang dilakukan oleh Suku Sawang di Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun oleh Suku Sawang yang dikenal dengan tradisi laut yang begitu kuat. Tradisi Buang Jung merupakan budaya yang diyakini oleh Suku Sawang untuk menghormati leluhur dan keluarga yang telah tiada, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan saat melaut. Buang Jung dilakukan oleh rakyat daerah Suku Laut dengan cara membuang atau melepas perahu ke laut. Suku Sawang melakukan tradisi ini dalam rangkaian pesta pantai untuk memberi penghormatan kepada dewa laut.
Perahu atau dalam bahasa setempat dikenal sebagai jung memiliki ukuran tiga kali satu meter. Semalam sebelum tradisi dilakukan, orang-orang akan menari mengelilingi perahu. Mereka juga mendendangkan syair-syair magis.
Untuk melakukan upacara adat Buang Jung, dilakukan banyak persiapan, antara lain kapal jung yang di atasnya empat buah rumah-rumahan terbuat dari kayu, pelepah kelapa, dan dedaunan. Kemudian dirakit dan dibentuk menjadi replika rumah yang diisi dengan daun kelapa mengikuti empat arah mata angin. Di dalam replika rumah terdapat sesajen dan ancak. Sesajen seperti dua sisir pisang, empat buah lepat, enam buah kelapa yang diikat jadi satu, dan sebatang lilin.
Selain itu, perahu diisi dengan keranjang dari kelapa berbentuk segi empat, yang diisi beras secukupnya. Keranjang diberi hiasan berupa bentuk manusia di bagian depan, bentuk senjata panjang di bagian kanan, serta bentuk senjata pendek di kiri.
Tradisi Buang Jung biasanya diadakan sekitar akhir bulan Juni atau awal bulan Juli. Ada pun beberapa bagian dari ritual ini, seperti bediker, naik jitun, mancing, numbak, campak laut, hingga Buang Jung ke laut Pantai Mudong.
Saat buang jung dilakukan, para nelayan dilarang menangkap ikan dan menebang pohon. Begitu pula, tempat yang akan dijadikan lokasi upacara adat buang jung, ditutup dari aktivitas umum seperti wisata.
Upacara Buang Jung diawali dengan ritual berasik, yaitu suatu prosesi menghubungi atau mengundang makhluk halus dari lautan melalui pembacaan mantera oleh dukun jung. Tanda-tanda dari alam sering menunjukkan kedatangan para makhluk halus dari arah lautan ini berupa angin kencang yang tiba-tiba berembus kuat dari arah laut dan gelombang ombak air laut juga tampak bertambah besar.
Dukun jung akan melakukan berasik sambil menabuh gendang serta berdeker (berteriak) atau mengulang-ulang bacaan matera. Bagi seorang dukun jung yang senior dan berpengalaman untuk memanggil makhluk halus dari laut tidak perlu berdeker. Namun cukup mengheningkan cipta dalam hati dengan niat memanggil makhluk halus penghuni lautan, mereka akan datang. Orang Sawang sangat percaya bahwa lautan yang luas ada yang menguasainya, yakni dewa-dewi penguasa laut.
Ritual Buang Jung masih dilakukan hingga sekarang. Masyarakat Suku Sawang yang mempercayai magis dan untuk menghormati luhur yang telah tiada melakukan Buang Jung hingga saat ini. Hal tersebut yang tersebut yang membuat Buang Jung tetap lestari hingga pada era globalisasi seperti sekarang ini.
Oleh tim SSN
(Raden Ganianda, Zalfa Alaya, Syifa Almeiza)
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini