BALUTAN BUDAYA MELAYU DI NEGERI LASKAR PELANGI
Hi Pencinta Budaya Melayu Smansa Pangkalpinang, Jumpa lagi dengan Smansa mengenal budaya melayu Bangka Belitung. Setelah sebelumnya kita membahas tentang keseharian budaya di Bangka Belitung, kali ini kita akan fokus membahas tentang adat dan budaya Belitung, yuk kita simak.
Belitung terletak di lepas pantai timur Sumatera, Indonesia, di apit oleh selat Gaspar dan selat Karimata. Karena letaknya yang dikelilingi oleh lautan, masyarakat Belitung didominasi berprofesi sebagai nelayan, terutama yang tinggal di dekat daerah pantai. Hal ini sudah menjadi profesi turun-temurun dari nenek moyang sebelum sebelumnya. Nelayan juga disebut sebagai orang laut. Di Belitung orang laut berasal dari Suku Sawang yang disebut juga sebagai Sekak, Sekat, Sika, dan Sekah. Suku Sawang merupakan kelompok etnis yang hidup nya berpindah-pindah di kawasan pantai di sekitar pulau Bangka dan Belitung. Karena kebiasaan orang Sawang yang suka mengembara dan tidak menetap menyebabkan terjadinya persebaran yang luas salah satunya adalah pulau Belitung. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sekak, bahasa ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu. Di Belitung sendiri bahasa Melayu selain menggunakan dialek bangka mereka juga menggunakan dialek Mayang. Bahasa yang digunakan juga mendapat pengaruh dari Pulau Kalimantan karena letaknya yang dekat.
Setelah mempelajari asal usul masyarakat Belitung, selanjutnya, kita akan membahas upacara adat dan kesenian yang ada di Belitung.
MARAS TAUN
Maras taun merupakan adat istiadat yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Belitung. Kata “Maras” berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman, yang dapat diartikan sebagai menyelesaikan semua masalah. Dan, “Taun” yang berarti tahun. Maras taun melambangkan pergantian dari tahun lama ke tahun baru serta rasa syukur atas panen padi. Tradisi ini selalu diadakan usai panen dan dipimpin oleh pemangku adat (dukun kampong) yang diikuti oleh masyarakat sekitar. Upacara ini berlangsung selama tiga hari, puncak perayaan Maras Taun berada di hari terakhir. Banyak pertunjukan seni yang digelar salah satunya adalah stambul fajar. Dan pertunjukannya adalah beripat beregong.
STAMBUL FAJAR
Kata Stambul fajar berasal dari tambul yang berarti kue yang dihidangkan untuk orang yang bermain musik dan biasa tampil pada malam hari hingga menjelang subuh, karena waktu tampilnya seni keroncong ini disebut stambul fajar. Stambul fajar sendiri memiliki ciri khas yang iramanya mendayu-dayu dan liriknya bersajak “Abab” seperti pantun yang berisi pujian, nasehat serta ratapan hati. Acara yang sering menampilkan stambul fajar adalah maras taun, stambul fajar ditampilkan pada penghujung acara maras taun. Masyarakat yang hadir biasanya menyaksikan stambul fajar sambil berbincang dan meminum kopi hangat hingga menjelang pagi.
BERIPAT BEREGONG
Beripat beregong adalah seni pertunjukan adu ketangkasan menggunakan rotan yang dilakukan para lelaki. Tradisi ini dapat ditemui di perayaan maras taun. Pelaksanaan beripat beregong dibutuhkan rumah setinggi 6-7 meter. Dalam tradisi ini mengharuskan hadirnya para petinggi adat, juru pisah dan pencatat jumlah pukulan. Para pria yang bertanding tidak boleh berasal dari kampung yang sejalan, dan membutuhkan persetujuan dukun kampong. Syarat yang berlaku di duel ini adalah tidak diperbolehkan menyerang dengan cara mengecoh dan menyeruduk.
Pecinta budaya melayu Smansa, sepertinya tulisan ini berakhir disini dan akan berlanjut membahas tentang budaya melayu bangka belitung yang lebih menarik lagi. Sampai jumpa…
0 Komentar
Tambahkan Komentar